POTENSI KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA



 
A. Kearifan lokal dalam sumber daya masyarakat
Menurut Lampe dalam pawati (2012) kearifan lokal merupakan salah satu warisan budaya yang ada di masyarakat (tradisional) dan secara turun-temurun dilaksanakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Kearifan lokal tersebut umumnya berisi ajaran untuk memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam (hutan, tanah, dan air) secara berkelanjutan.

Cukup banyak wilayah yang memiliki kearifan lokal berbasis lingkungan di Indonesia. Salah satu kearifan lokal berbasis lingkungan tersebut ada di Pulau Belitung dalam tradisi Nirok Nanggok. Nirok Nanggok adalah budaya masyarakat Belitung di daerah pedesaan yang dilaksanakan pada musim kemarau panjang antara bulan Agustus sampai bulan Oktober, pada saat sungai-sungai dan rawa mengering. Nirok Nanggok merupakan kegiatan mencari ikan dengan menggunakan Tirok (sejenis tombak bermata besi runcing) dan Tanggok (sejenis jala kecil dengan gagang dari kayu). Kegiatan ini biasanya dilakukan beramai-ramai oleh masyarakat satu kampung dipimpin oleh seorang dukun kampung yang memimpin jalannya acara dari awal sampai dengan selesai.

Kearifan lokal dapat dimanfaatkan dalam pengembangan sumber daya manusia, dengan memberi pelatihan atau ketrampilan untuk memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya sebagai sumber kehidupan atau sumber ekonomi. Dengan sumber daya manusia yang baik, pemanfaatan terhadap sumber-sumber ekonomi yang ada di sekitarnya akan dilakukan dengan penuh perhitungan. Dengan demikian kelestariannya tetap terjaga dan dapat memberi manfaat secara berkelanjutan.

Sistem pengetahuan lokal sebagai hasil interaksi terus-menerus yang terbangun karena adanya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi secara bersama-sama. Hal ini menuntut adanya interaksi antar manusia yang satu dengan manusia yang lain.

Contoh : Hubungan Pela di Maluku juga berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan pangan, perumahan, sistem produksi dan lain sebagainya. Demikian juga dengan sistem kekerabatan di Batak yang menjadikan ikatan sosial yang kuat dalam kehidupan sehari hari. Contoh lain di Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah laku). Gunung Esberg dan Grasberg dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap sebagai bagian dari hidupa manusia. Dengan demikian sumber daya alam dimanfaatkan secara hati-hati.

B. Kearifan lokal dalam karya-karya masyarakat
Orang-orang Eropa yang tinggal di daerah dengan iklim yang dingin, mereka membuat pakaian yang sesuai dengan kondisi alam agar pakaian dapat juga berfungsi untuk menghangatkan badan. Di Indonesia masing-masing suku atau daerah menciptakan dan memiliki pakaian daerah yang masing-masing suku atau daerah memiliki cirri khusus dari suatu daerah. contohnya adalah Beskap yang merupakan pakaian masyarakat Provinsi Jawa Tengah.

Dibeberapa wilayah Indonesia, kita temuakan rumah-rumah yang dibuat dari bahan-bahan yang ada di sekitarnya, seperti kayu atau atap yang terbuat dari ijuk dan sebagainya. Contohnya rumah orang Eskimo, rumah yang terbuat dari gaba-gaba di Ambon, dan lain-lain. Rumah atau bangunan ini dibuat dengan alasan untuk menyesuaikan kondisi iklim daerah tertentu, alasan lain adalah pemanfaatan bahan-bahan yang ada disekitar mereka sehingga pelestarian akan bahan tersebut merupakan sesuatu yang mutlak demi kelangsungan hidup masyarakatnya.

C.Kearifan lokal dalam mitos masyarakat
Menurut Fauzul, dkk (2013) Kearifan lokal berkembang dalam kehidupan sehari-hari melalui ajaran langsung dari orang tua kepada anaknya maupun dari nenek kepada cucu kemanakannya. Adapun cara lain dalam penyampaian kearifan tersebut bisa pula dengan cara seperti melalui pepeatah-pepatah, patang larang dan sastra lainnya.

Menurut Danandjaja (1984) salah satu bentuk kebudayaan yang ada di Indonesia adalah Folklor, dimana Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun secara tradisional dalam bentuk lisan maupun disertai alat bantu pengingat lainnya. Folklor juga mempunyai berbagai macam bentuk dan jenisnya, salah satunya yaitu mitos. Mitos adalah cerita yang bersifat simbolik dan suci tentang dewa dan pahlawan pada zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan masyarakat tertentu. Mitos disebarkan secara lisan dan diturunkan secara turun temurun dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya.

Menurut Sukatman (2011:10) berdasarkan bentuk kesastraan yang ada, mitos di Indonesia disebarkan dan diturunkan dalam bentuk hibrida (berpadu) dengan bentuk tradisi lain yang sangat beragam, dan tidak dalam bentuk mite (dongeng kepercayaan) saja. Bentuk-bentuk tradisi lisan yang dimaksud misalnya sage, mite, fable, legenda, dongeng, epos, kepercayaan rakyat, serat, puisi dan nyanyian rakyat, peribahasa, mantra, dan pertanyaan tradisional (teka-teki).

Daerah Probolinggo yang terdapat suku Madura dan Suku Jawa terdapat kearifan lokal berbentuk mitos yakni ritual ruwatan. Proses ritual oleh suku Madura ini biasanya dilakukan sebelum upacara pernikahan dilaksanakan. Yang bertujuan untuk menghilangkan tolak bala (mencegah terjadinya musibah). 

Daerah Serawai, bengkulu terdapat keyakinan celako kumali. Kelestarian lingkungan terwujud dari kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalam berladang dan tradisi tanam tanjak.

Di daerah Jawa Barat, masyarakat kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh. Mereka mengenal upacara tradisional, mitos, tabu, sehingga pemanfaatanhutan dilakukan secara hati-hati. Tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas izin sesepuh adat.

D.Kearifan lokal dalam pertanian
Kearifan lokal dalam pertanian misalnya berkaitan dengan sistem produksi lokal yang tradisional, sebagai bagian upaya pemenuhan kebutuhan dan manajemen tenaga kerja. Contohnya Subak di Bali, di Maluku ada Masohi untuk membuka lahan pertanian, dan lain sebagainya.

Kearifan lokal yang berkaitan dengan sistem produksi harus dijaga dan dilestarikan dengan pertimbangan bahwa dengan sistem ini nilai-nilai atau normayang ada dalam masyarakat tetap dapat berjalan atau terpelihara dengan baik. Pertimbangan lain yakni sistem ini telah ada selama bertahun-tahun dan terbukti dapat memperkuat pertanahan pangan baik untuk skala lokl maupu nasional.

Pewarisan penggunaan dan pemanfaatannya telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya tanpa hambatan yang berarti. Hal ini menunjukan bahwa sistem ini efektif dan memberi manfaat yang besar bagi masyarakat penggunannya, sebagai bagian dari kehidupannya. Kearifan ini telah terbukti memberi keidupan kepada masyarakatnya dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana masyarakat mempertahankan dan mewariskan hal tersebut secara terus-menerus. Sebagai contoh, jika Subak di Bali tidak memberi manfaat, hal itu sekarang pasti sudah tidak ada lagi, hilang ditelan usia dan sejarah. Namun peranan dan manfaatnya yang besar maka Subak sampai hari ini masih dipertahankan dimanfaatkan oleh masyarakat Bali. 

Contoh lain di daerah Dayak Kenyah, kalimantan Timur terdapat tradisi tana’ ulen dimana kwasan hutan dikuasai dan menjadi milik masyarakat adat. Pengelolaan tanah diatur dan dilindungi oleh aturan adat. Contoh lainnya di mayarakat Undau Mau, Kalimantan Barat pada masayarakat ini mengembangan kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya. Perladangan dilakukan melalui rotasi dengan menetapkan masa bera,dan mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan

E.Kearifan lokal dalam cerita budaya
Indonesia merupakan bangsa yang majemu, hal itu dibuktikan dengan keragaman-keragaman yang dimilikinya, misalnya saja kebudayan-kebudayaan yang hampir dapat kita temu di seluruh penjuru nusantara. Bentuk-bentuk kebudayaan itu meliputi kesenian-kesenian rakyat, upacara keadatan, sistem pengetahuan tradisional, arsitektur, dan cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan suatu kekayaan lokal yang dimiliki oleh Indonesia, Hampir seluruh wilayah yang tersebr memiliki cerita rakyat yang tentu berangkat dari sejarah dan faktor-faktor kebiasaan dalam masyarakatnya.

Menurut Malitasari (2013) menyatakan bahwa cerita rakyat merupakan salah satu aspek kebudayaan yang berbentuk lisan yang diceritakan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Cerita rakyat merupakan bagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki oleh suatu daerah atau komunitas tertentu. Menurut James dalam Suradi (1996:8) menyatakan bahwa cerit rakyat berfungsi sebagai alat pendidikan, perlipur lara, dan kritik sosial

Misalnya saja cerita rakyat yang berjudul “Menuntut Ilmu (mattuntuq paddisengeng), Wasiat Si Curang dan Si Jujur, Kesabaran (Sabbaraq)” yang terdapat dalam buku Pau-pau rikadong Suatu tradisi Lisan di Sulawesi Selatan. Didalam cerita rakyat tersebut berisi nilai-nilai kearifan, yakni nilai kejujuran, nilai kepatuhan, nilai kerjasama, nilai musyawarah, nilai keteguhan dan nilai solidaritas.

SUMBER
1.    Triyono, Slamet dan Hermanto. 2015. Sosiologi. Bandung: PT. SEWU
2.    Cahyanti, Ika dkk. 2017. Mitos dalam Ritual Ruwatan Mayarakat Madura di Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo. Jember: Jurnal Edukasi, IV (1).
3.    Irwandi dkk. 2016. Tradisi Nirok Nanggok Sebagai Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat Belitung. Bandung : JISPO, Vol 6 No. 1.
4.    Hardiyanti, Dewi. 2018. Nilai Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat dan Perannya Dalam Membentuk Karakter Anak Didik. Makasar: Seminar Nasional Administrasi Pendidikan dan Manajemen Pendidikan. Hal (313).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENTUK KEARIFAN LOKAL

BENTUK PERUBAHAN SOSIAL BERDASAR PROSES DAN SIFAT

STRATEGI PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DITENGAH PENGARUH GLOBALSASI

Pengaruh gobalisasi terhadap kearifan lokal di Indonesia

FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL

PENGERTIAN, CIRI-CIRI, DAN FUNGSI KARIFAN LOKAL

BATASAN PERUBAHAN SOSIAL

Berbagai Kearifan Lokal di Indonesia dan Pengaruh Globalisasi, Arus Informasi, dan Teknologi dalam Keragaman